KULTUM RUTIN BERTEMAKAN ISI KANDUNGAN SURAT AL-INSYIRAH

Garut, – Kasrem 062/Tn Letkol Inf Ageng Wahyu Romadhon, S.I.P., memberikan kuliah tujuh menit (Kultum) dengan membawakan tema kandungan surat Al-Insyirah, bertempat di Masjid Baiturrahim Makorem 062/Tn, Jln. Bratayudha no.65, Selasa 19/12/2023.

Surat Al Insyirah atau sering disebut surat alam nasroh terdiri dari delapan ayat dan diturunkan di Makkah setelah surat Adh Dhuha. surah ini menegaskan bahwa Allah SWT menganugerahkan keringanan dan kelapangan untuk menyertai banyak kesulitan yang dihadapi Nabi Muhammad SAW di Mekkah. Secara sederhana, surah Al-Insyirah menjabarkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersama umat Islam pada waktu itu diberikan kelapangan dada, jalan keluar, atau solusi oleh Allah SWT ketika menghadapi tekanan dari kaum musyrikin.

Pada ayat satu sampai empat, dijelaskan bahwa ada kesempitan dalam jiwa Rasulullah SAW dalam menghadapi rintangan-rintangan ketika beliau berdakwah. Rasulullah SAW memiliki tanggung jawab yang besar atas berjalannya dakwah Islam sehingga dadanya terasa berat. Namun Allah SWT kemudian memberitahukan, “Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Kami telah menghilangkan darimu bebanmu…”

 

Di ayat lima sampai 6, yang artinya “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” Allah juga menegaskan bahwa di dalam setiap kesulitan pasti akan diikuti dengan kemudahan. Setiap manusia pasti memiliki kesulitan yang berbeda-beda, dan kesulitan akan timbul karena di sebabkan oleh diri kita sendiri sebagai contoh sudah tau sesuatu itu beresiko tetapi tetap kita lakukan, sudah tau itu adalah pelanggaran namun tetap kita lakukan. Harusnya sebagai prajurit kita harus punya menejemen resiko, bagaimana menejemen dan kemampuan kita untuk mengatasinya dengan penuh kesabaran, ketenangan dan keikhlasan serta terus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta selalu berdo’a meminta kepada Allah SWT.

Ayat ke tujuh, “Setelah mengakhiri suatu pekerjaan, ia mesti mulai mengerjakan urusan lainnya”, ayat tersebut sebagai petunjuk agar setiap orang muslim tidak menyia-nyiakan waktunya, dengan senantiasa menaruh harapan besar terhadap rahmat Ridha-Nya.

 

Sedangkan di Ayat terakhir (ayat 8), “Dan hanya kepada Tuhanmu berharaplah!” Maka kita janganlah menjadi karena itu merupakan dosa yang sangat besar, seperti menggantungkan nasib kita kepada orang lain, berharap kepada orang lain, akan tetapi kita harus selalu menggantungkan nasib kita hanya kepada Allah SWT semata, jadikan kegiatan ini sebagai instropeksi diri kita masing-masing, serta jadikan sebagai evaluasi agar kita bisa menjadi lebih baik lagi.

(Penrem 062/Tn)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*